
Bermula dari Keresahan Terhadap Pengaruh Influencer di Media Sosial
DI Yogyakarta, sattamatka420.org – Pendidikan gizi di Indonesia masih menjadi isu penting yang perlu banyak mendapat perhatian. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pola makan sehat, kebutuhan gizi, dan dampak kesehatan dari gizi buruk telah menimbulkan sejumlah permasalahan, terutama pada anak-anak.
Masih banyak masyarakat yang belum memahami prinsip dasar pola makan seimbang, dan kondisi ini berdampak langsung pada kualitas kesehatan generasi mendatang. Banyak masyarakat Indonesia, khususnya di pedesaan, yang belum menyadari pentingnya pola makan seimbang dan bergizi.
Seringkali makanan dikonsumsi hanya karena harganya yang murah atau rasanya yang enak, tanpa memperhatikan nilai gizinya. Faktanya, di kalangan keluarga berpendidikan tinggi, masih ada yang belum memahami manfaat sayur, buah, protein, karbohidrat kompleks, dan lemak sehat dalam menu makanan sehari-hari.
Kurangnya pendidikan gizi juga berkontribusi terhadap pola makan yang kurang beragam. Akibatnya terjadi ketergantungan terhadap makanan pokok tertentu, seperti nasi, yang berujung pada kekurangan protein, vitamin, dan mineral yang sebenarnya dibutuhkan tubuh. Rendahnya pemahaman terhadap pentingnya gizi anak berkontribusi terhadap tingginya angka gizi buruk di Indonesia, khususnya dalam bentuk stunting.
Di Indonesia, pendidikan gizi masih belum terintegrasi secara optimal ke dalam sistem pendidikan dan masyarakat. Pendidikan gizi sebenarnya masuk dalam kurikulum sekolah, namun seringkali hanya sebatas teori dan tidak dilengkapi dengan praktik nyata yang relevan. Selain itu, jumlah tenaga kesehatan yang dipekerjakan di berbagai daerah masih terbatas, terutama di daerah terpencil. Hal ini membuat penyebaran informasi mengenai pola makan sehat tidak merata.
Kurangnya pendidikan gizi mempunyai konsekuensi serius berupa masalah kesehatan jangka panjang. Salah satu contohnya adalah tingginya angka stunting pada anak-anak Indonesia. Menurut Kementerian Kesehatan, angka stunting di Indonesia masih melebihi standar yang ditetapkan WHO yaitu 20%. Anak yang mengalami stunting cenderung mengalami keterbatasan pertumbuhan fisik dan kognitif yang pada akhirnya mempengaruhi produktivitasnya saat dewasa.
Di sisi lain, masyarakat perkotaan kerap menghadapi masalah makan berlebihan atau obesitas akibat konsumsi makanan cepat saji dan kurangnya aktivitas fisik. Ironisnya, obesitas juga bisa terjadi karena kurangnya pemahaman mengenai porsi makanan dan nutrisi yang tepat yang dibutuhkan tubuh. Situasi ini menunjukkan bahwa pendidikan gizi diperlukan untuk mengatasi masalah gizi buruk dan makan berlebihan pada berbagai kelompok masyarakat.
Meningkatkan kesadaran tentang nutrisi melalui pengetahuan dan kolaborasi
Beberapa inisiatif untuk meningkatkan pendidikan gizi telah diluncurkan di Indonesia baik oleh organisasi pemerintah maupun non-pemerintah. Salah satu contohnya adalah hadirnya Gizipedia Indonesia yang merupakan platform inovatif yang didedikasikan untuk mempromosikan pengetahuan gizi dan kesehatan.
Para ahli gizi berperan aktif dalam platform ini, termasuk ahli gizi dan ahli gizi yang telah menyelesaikan program pendidikan gizi dan pelatihan ahli gizi profesional. Seluruh anggota tim telah mendapatkan sertifikat registrasi dan terdaftar sebagai anggota Persatuan Ahli Diet Indonesia (PERSAGI), yang menunjukkan komitmen mereka terhadap profesionalisme dan keahlian di bidang nutrisi.
Didirikan pada September 2019, Gizipedia Indonesia lahir dari pemikiran tiga pendiri yang merasa prihatin dengan minimnya forum untuk membahas nutrisi sehat. Ayu Fawzia, Yusrina Husnul dan Salsabila Fasia adalah orang-orang dibalik terciptanya platform ini. Meski beroperasi secara online dari berbagai kota – Ayu bermarkas di Sidaaryo, Salsa di Blitar, dan Yusrina di Yogyakarta – kolaborasi mereka berhasil menghadirkan informasi gizi berkualitas kepada masyarakat umum.
Keberadaan Gizipedia Indonesia tidak lepas dari kepedulian para pendirinya terhadap fenomena-fenomena yang ada di masyarakat. Banyak orang mempercayai informasi nutrisi yang diberikan oleh influencer media sosial, meskipun mereka tidak memiliki keahlian yang relevan di bidang nutrisi dan kesehatan. Hal ini mendorong para pendiri untuk menciptakan sebuah platform yang dapat memberikan pengetahuan nutrisi yang akurat dan valid kepada masyarakat, pelajar, dan ahli gizi.
Menurut Ayu, fenomena tersebut menunjukkan masyarakat membutuhkan sumber informasi yang terpercaya. Gizipedia Indonesia bertujuan untuk menjembatani kesenjangan ini dengan mendukung konten yang didukung oleh pengetahuan ilmiah dan pengalaman praktis para ahli nutrisi. Dengan platform ini, mereka ingin memastikan masyarakat mendapatkan informasi yang benar mengenai pola makan sehat dan pentingnya nutrisi untuk kesehatan tubuh.
Gizipedia tidak hanya menjadi wadah informasi, namun juga menjadi forum diskusi para pakar gizi, pelajar, dan masyarakat umum. Dengan memfasilitasi pertukaran ide dan pengetahuan, Gizipedia diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi yang baik dan cara menjaga kesehatan melalui pola makan seimbang.
Gizipedia juga memiliki visi untuk berkolaborasi di berbagai sektor seperti institusi pendidikan, institusi kesehatan, dan organisasi masyarakat sipil. Melalui kerja sama ini diharapkan status gizi masyarakat dapat meningkat, terutama mengingat permasalahan kesehatan yang banyak dihadapi masyarakat saat ini. Atas inisiatifnya tersebut, Ayu Fawzia dianugerahi Penghargaan Satu Indonesia pada tahun 2024.
Kedepannya Gizipedia Indonesia berencana mengembangkan aplikasi yang memungkinkan pengguna menghitung kebutuhan nutrisi hariannya. Aplikasi ini bertujuan untuk membantu orang merencanakan rencana makan sehat yang memenuhi kebutuhan nutrisi setiap individu. Seiring dengan terus berkembangnya teknologi, Gizipedia ingin menggunakan inovasi untuk memperluas jangkauan informasi makanan dan meningkatkan keterlibatan dengan penggunanya. Memerangi perantara demi kesejahteraan petani. sattamatka420.org.co.id 10 November 2024