gbk99

Pengusaha Sawit Minta Pemerintah Utamakan Ekspor ketimbang Program Biodiesel

Read Time:2 Minute, 18 Second

LIPUTAN6.

Ketua Gapki Eddy Martono mengatakan bahwa jumlah pohon palem dan produk minyak kelapa sawit mereka terus menurun. Selain itu, pemerintah sekarang telah membentuk program biodiesel 40 persen atau B40.

“Produksi kami sulit, penjualan kami juga turun. Apa yang mengejutkan di sini, meskipun ekspor telah turun, tetapi harganya masih tinggi,” kata Eddy pada sesi konferensi pers di Jakarta, Kamis (6/3/2025).

Eddy prihatin, nomor pengiriman CPO akan dikurangi jika program B50 digunakan. Pada pertemuan di Malaysia, ia mengatakan bahwa pengusaha Palm -Palm khawatir bahwa program biodiesel dapat mengganggu harga minyak sayur dunia, serta minyak kelapa sawit.

Terutama untuk pendapatan pemerintah di Indonesia. Karena, Eddy percaya, pemerintah akan lebih suka memberikan uang asing daripada mengurangi penggunaan minyak goreng, dengan penggunaan CPO dalam program biodiesel.

“Jika saat ini, itu belum meningkat dalam produksi kami, itu pasti akan mengalami masalah. Ekspor akan dikurangi, karena penggunaan tidak dapat dikurangi,” katanya.

Menurutnya, proposal ini tidak didasarkan pada kepedulian terhadap pengusaha yang pendapatannya rendah karena melemahkan pengiriman, melainkan berkurangnya pendapatan pemerintah. Karena CPO diduga telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kesetaraan perdagangan Indonesia.

“Apa yang kami sajikan kepada pemerintah, kami sebenarnya mengatakan apa yang paling bermanfaat bagi negara.

 

Sebelumnya, Menteri Energi dan Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dapat mencapai program biodiesel 50 persen, atau B50 pada tahun 2026. Agar pemerintah tidak perlu lagi mengimpor bahan bakar diesel tahun itu.

Bahlil mengatakan bahwa Kementerian Energi dan Sumber Daya Pertambangan telah menyelesaikan pertemuan lokal. Hasil konferensi diputuskan, program B40 secara resmi dimulai pada 1 Januari 2025.

Kebijakan tersebut berada dalam dekrit Menteri ESDM, yang memastikan produk biodiesel termasuk campuran minyak nabati (BBN) berdasarkan minyak kelapa sawit sebesar 40 persen, dan 60 persen bahan bakar diesel.

“Kami telah memutuskan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Pertambangan tentang peningkatan bukannya B35 menjadi B40. Hari ini kami mengumumkan, itu berlaku pada 1 Januari 2025. Di mana B35 menghasilkan sekitar 12,98 juta KL. Ini meningkat menjadi 15,6 juta KL,” Bahlil menjelaskan beberapa waktu yang lalu.

 

Tidak berhenti di situ, Kementerian Energi dan Sumber Daya Pertambangan sekarang sedang mempersiapkan peraturan sehingga kadar air yang disimpan pada produk biodiesel dapat disesuaikan. Namun, Bahlil mencatat bahwa masih ada pekerjaan rumah dari industri pengiriman. Terutama pengiriman laut, untuk meningkatkan detail kapal sehingga kadar air bisa sekecil mungkin.

“Jika kita melakukan ini dengan baik, maka kita siap Tuhan pada tahun 2026 ke arah Tuan Presiden Prabowo, kita harus mendorong B50. Jadi implementasi B40 pada tahun 2025, sambil mempersiapkan implementasi B50 pada tahun 2026,” tambah Bahlil.

Menurutnya, program B50 pada tahun 2026 disertai dengan arah Prabowo untuk mencapai keamanan energi. Khusus untuk mencapai tujuan ini, pemerintah diduga tidak perlu mengimpor bahan bakar diesel.

“Jika ini yang kami lakukan, maka penggantian bahan bakar diesel kami, Tuhan sudah siap, tentu saja tidak ada lagi pada tahun 2026,” kata Bahlil.

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Ini yang Membuat Oppo Find X8 Series Jadi HP Paling Ditunggu
Next post 5 Sekolah Kedinasan yang Boleh Mata Minus, Lengkap dengan Persyaratannya