
Realisasi Belanja Daerah untuk Penanganan Dampak Inflasi Bikin Sri Mulyani Kecewa
Suara.com – Menteri Keuangan (Menteri Keuangan) Sri Mulyani Indawati, hingga 30 September 2022 hingga distribusi kawasan (TKD), 2,1 persen dari jumlah total atau 68,7 % dari total pertumbuhan 2,1 %. Langit -langit nomor 98 tahun 2022 didasarkan pada peraturan presiden. Dikatakan bahwa keberhasilan ini lebih baik dari tahun 2021 daripada Sri Mulyani.
Sebagian besar tipe TKD telah meningkatkan manfaat distribusi karena kompatibilitas pemerintah daerah yang lebih baik (PEMDA). Distribusi dana pembagian laba (DBH) lebih tinggi karena distribusi pembayaran DBH 2021 lebih banyak, distribusi 2021,6 triliun rp 2022 dan distribusi DBH TA 2022, yang lebih tinggi dari 2021 TA, adalah 40,6 triliun rp.
Sementara itu, dana alokasi umum mengalami peningkatan realisasi 1 Perse dan mencapai 309,37 persen atau 82 persen. Dana Alokasi Khusus fisik (DAK) mencapai 25,39 triliun rp dibandingkan tahun lalu atau meningkat sebesar 23 persen.
Di sisi lain, manfaat distribusi untuk DAK non -fisik dan dana insentif regional (DI) turun. Penurunan DAK non-fisik pada dasarnya adalah biaya pengurangan operasi kesehatan dengan kendali COViD-19, yang telah menjadi lebih baik dan biaya operasi sekolah yang tidak diserap dengan total 850 miliar rps.
“Itulah sebabnya verifikasi dana CSF pada tahun 2020-2021 terlihat terlalu terganggu. Inilah sebabnya mengapa DAK non-fisik telah jatuh. Inilah alasan untuk memperkuat manajemen,” kata Menteri Keuangan Online 10/23 kata /202 Minggu.
Selain itu, pada tahun 2022, Sri Mulyani mengungkapkan bahwa biaya wajib pada tahun 2022 tidak, sehubungan dengan mengatasi efek inflasi, tidak kompatibel dengan harapan.
Menteri Keuangan, kewajiban untuk menggunakan anggaran RPP 3,5 triliun regional untuk membantu masyarakat, pada kenyataannya dari anggaran untuk bantuan sosial dari 1.716,7 miliar rp menjadi 105,3 miliar rp 277 miliar rp atau 7,9 persen, katanya. 665 miliar rps untuk pembentukan pekerjaan, 328,9 miliar rps untuk hibah sektor transportasi dan 62,4 miliar rps dari 791,2 miliar RP untuk perlindungan sosial lainnya.
“Oleh karena itu, terutama karena tekanan dari kenaikan harga, terutama secara global, terutama beban beban masih sangat berat untuk membantu orang -orang kami membantu orang -orang kami terbiasa digunakan 3,5 triliun rp anggaran.”