
5 Mitos Epilepsi, Benarkah Masuk dalam Jenis Gangguan Mental?
LIPUTAN6.com, Jakarta adalah lebih banyak mitos yang berputar di sekitar epilepsi di masyarakat. Gangguan neurologis ini sangat umum, tetapi masyarakat sering salah memahami kondisi ini.
Pemahaman yang buruk sering kali menyebabkan rasa malu negatif bagi pasien dengan epilepsi. Oleh karena itu, EMC Pulomas Nadia Devianca menjelaskan beberapa mitos di sekitar epilepsi sebagai berikut: Apakah epilepsi hanya pada anak -anak?
Salah satu mitos yang paling umum adalah bahwa epilepsi hanya terjadi pada anak -anak dan orang tua. Banyak orang menyarankan bahwa usia adalah faktor utama dalam epilepsi.
Bahkan, epilepsi dapat terjadi pada siapa pun, tidak mengenali batas terkait usia. Meskipun banyak kasus epilepsi muncul pertama kali di masa kanak -kanak atau penuaan, kondisi ini sebenarnya dapat terjadi pada orang dari segala usia, termasuk tahap kecil pubertas.
“Data medis menunjukkan bahwa sekitar seratus orang di dunia mengancam epilepsi sepanjang hidup. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa epilepsi tidak terbatas pada beberapa kelompok umur,” tulis Nadiya pada halaman EMK berdasarkan Senin (2/17/2025).
Banyak asumsi bahwa orang dengan epilepsi tidak dapat menjalani kehidupan yang normal atau aktif, seperti menghindari pekerjaan atau aktivitas sosial.
Bahkan, dengan perawatan yang tepat, orang dengan epilepsi dapat menjalani kehidupan seperti orang lain.
Berkat manajemen yang baik, banyak orang dengan epilepsi yang sukses menikmati profesi mereka, kehadiran sekolah, dan bahkan keluarga.
Perawatan bertujuan untuk mengendalikan serangan dan membantu mereka menjalani kehidupan yang lebih baik, meskipun kondisi ini mungkin tidak selalu diobati. Manajemen yang tepat dapat mengurangi frekuensi serangan dan meningkatkan kualitas hidup.
Epilepsi sering dikenal karena gambar kejang yang merangsang atau sering disebut Keloota. Namun, sebenarnya ada berbagai jenis serangan epilepsi, termasuk serangan yang lebih ringan, seperti hilangnya kesadaran sementara atau kebingungan.
Serangan ini dapat terjadi tanpa kejang, bahkan dengan gerakan tubuh yang tidak terkendali atau perubahan perilaku. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami bahwa epilepsi tidak selalu berarti episode besar, dan gejalanya dapat bervariasi tergantung pada jenis epilepsi dengan pengalaman.
Orang sering menyarankan bahwa orang dengan epilepsi tidak boleh berolahraga. Faktanya, latihan fisik memberikan keuntungan besar, seperti mengurangi stres, meningkatkan kualitas tidur dan menjaga kesehatan tubuh Anda secara keseluruhan. Olahraga teratur dapat mengurangi risiko serangan karena stres yang berlebihan.
“Namun, jenis latihan yang dilakukan pada seseorang harus diubah. Lebih baik berkonsultasi dengan dokter Anda sebelum memulai mode latihan yang normal, terutama bagi mereka di mana kondisinya tidak dikendalikan. Berjalan atau yoga dapat menjadi pilihan yang aman dan bermanfaat.
Epilepsi sering dipahami sebagai gangguan mental, meskipun merupakan kondisi gugup karena gangguan otak. Epilepsi bukanlah tanda kelemahan mental atau masalah psikologis.
Beberapa orang mungkin merasa cemas atau terisolasi karena stigma rasa malu sosial. Oleh karena itu, penting untuk memahami kondisi ini dengan benar bahwa orang merasa mendukung dan menerima dan menghilangkan rasa malu yang salah sehingga mereka dapat hidup dengan tenang.